https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjhyr81MH8sX4hhsgHLpsVWAOdXiK2qTPyFqUjiKzddN7T-HJJ8tZacYXx67OklES5YUtn4ZJnRoh_BeosA3ToVPgm9xwnLdH4Bax1UxxeCll0wccVzASgY0tA7hUpVu21hPwAOaMZ-suN/s320/blogger_cerdas.jpg

Dalam perjalanan hijrah ke Madinah setelah transit di Gua Tsur, Nabi SAW dan Abu Bakar dikejutkan oleh munculnya Suraqah bin Ju'tsam. Dia adalah seorang pemburu hadiah yang berusaha mengejar dan menangkap Nabi. Kuda yang ditunggangi Suraqah tiba-tiba terperosok dalam padang pasir persis di belakang beliau sehingga tidak bisa bangkit dan berjalan.


Semula Suraqah berniat untuk membunuh atau menangkap Nabi hidup-hidup karena mendapat iming-iming dari pembesar Quraisy berupa 100 ekor unta. Namun, karena tidak berdaya, ia malah meminta tolong kepada Nabi untuk mengangkat kudanya dari lautan pasir. Nabi pun dengan tulus menolong sekaligus memaafkannya.

Setelah itu, Suraqah diminta kembali ke Makkah. Namun, baru 100 meter dari tempat kejadian, dia ingat lagi hadiah 100 unta. Ia memutar balik kudanya dan mengejar Nabi. Kejadian serupa menimpanya lagi: kudanya terperosok dalam lautan pasir dan tidak bisa bangkit. Ia kembali meminta tolong kepada Nabi untuk membantu mengangkat kudanya. Nabi pun mengulurkan tangan untuk mengangkatnya, lalu menyuruhnya kembali ke Mekkah.

Akan tetapi, godaan materi masih juga datang menghampiri Suraqah. Baru beberapa langkah menuju Makkah, ia teringat 100 unta, lalu memutar balik kudanya untuk mengejar dan menangkap Nabi. Kasus serupa menimpanya lagi, dan Nabi juga dengan lapang dada dan tanpa sedikit pun dendam sudi menolong sekaligus memaafkannya. Karena mungkin malu hati, akhirnya Suraqah tidak lagi mengejar Nabi.

Berita mengenai Suraqah yang hampir saja dapat menangkap Nabi itu sampai kepada Abu Jahal dan pembesar Quraisy lainnya. Mereka kesal dan mencaci maki Suraqah. Merasa dipojokkan, Suraqah akhirnya angkat bicara. "Kalau saja kalian mengetahui betapa keluhuran budi pekerti Muhammad, niscaya kalian tidak akan pernah memusuhi atau membunuhnya," tutur Suraqah kepada mereka. "Muhammad itu seorang Rasul yang membawa bukti nyata: tutur kata dan perilakunya lemah lembut, pemaaf, tidak pendendam, dan suka menolong," tambahnya.

Sekelumit kisah itu menunjukkan bahwa kecerdasan moral yang luhur itu sangat diperlukan, sehingga beliau mampu menjadikan lawan sebagai kawan. Sejarah membuktikan bahwa ketika Nabi membebaskan Kota Makkah (fathu Makkah), Suraqah termasuk yang menyambut kedatangannya dan bergegas masuk Islam.

Nabi Muhammad SAW adalah figur teladan yang memiliki kecerdasan moral sangat tinggi. Beliau tidak mudah marah dan dendam, sekalipun dimusuhi. Beliau tulus memberi maaf meskipun terhadap orang yang memusuhi, bahkan berniat membunuhnya.

Betapapun Suraqah itu musuh, namun ia tetap memiliki hak-hak asasi yang harus dihormati. Beliau tidak memperlakukannya kasar atau menyakitinya, padahal itu sangat mungkin dilakukan oleh Nabi. "Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung." (al-Qalam [68]: 4).

Idealnya pemimpin bangsa itu memiliki kecerdasan moral yang tinggi, agar mampu menjadi teladan moral yang baik bagi rakyatnya. Pemimpin yang dicintai rakyatnya, seperti Nabi, sudah semestinya mampu menunjukkan kecerdasan moralnya dalam kehidupan sehari-hari. (",)v
http://siradel.blogspot.com/2011/02/kecerdasan-moral-renungan.html

Leave a Reply